Sistem Kerja Sectionalizer SSO dan Gangguan di Lapangan
Sectionalizer adalah perangkat proteksi yang digunakan dalam sistem distribusi listrik tegangan menengah, seperti pada jaringan 20 kV, untuk memisahkan bagian jaringan yang mengalami gangguan. SSO (Sectionalizer Switch Operated) bekerja bersama-sama dengan perangkat Recloser untuk mengisolasi segmen jaringan yang terganggu, sehingga meminimalkan jumlah konsumen yang terdampak oleh gangguan tersebut.
Sectionalizer berbeda dari recloser karena tidak memutuskan arus secara langsung, melainkan menghitung jumlah operasi pemutusan oleh recloser, kemudian membuka jaringan setelah beberapa kali recloser melakukan trip.
1. Fungsi Utama Sectionalizer SSO
- Isolasi Gangguan: Sectionalizer berfungsi untuk memisahkan (mengisolasi) bagian jaringan yang mengalami gangguan, sehingga bagian jaringan lainnya dapat tetap beroperasi secara normal.
- Proteksi Selektif: Sectionalizer bekerja secara selektif di antara recloser, sehingga hanya bagian jaringan yang mengalami gangguan yang diisolasi.
- Mengurangi Area Pemadaman: Dengan sectionalizer, hanya bagian yang mengalami gangguan yang diputus, sehingga pemadaman tidak meluas ke area yang lebih besar.
- Kerja Bersama Recloser: Sectionalizer bergantung pada recloser yang berada di upstream untuk melakukan pemutusan awal. Setelah sectionalizer mendeteksi jumlah pemutusan yang diatur, barulah sectionalizer membuka dan memisahkan bagian jaringan yang mengalami gangguan.
2. Prinsip Kerja Sectionalizer SSO
a. Deteksi Arus Gangguan
Sectionalizer SSO tidak melakukan pemutusan arus gangguan secara langsung seperti recloser. Namun, sectionalizer dirancang untuk mendeteksi arus gangguan yang mengalir melalui jaringan ketika recloser melakukan trip. Ketika arus gangguan terdeteksi, sectionalizer menghitung jumlah operasi trip yang dilakukan oleh recloser.
b. Penghitungan Operasi Recloser
Sectionalizer biasanya diatur untuk menghitung sejumlah operasi recloser (misalnya, 2 atau 3 kali trip). Sectionalizer tidak memutus aliran listrik selama recloser melakukan trip dan reclosing.
- Trip Pertama Recloser: Recloser upstream melakukan trip pertama setelah mendeteksi gangguan, dan sectionalizer hanya mencatat operasi tersebut tanpa membuka.
- Trip Kedua Recloser: Recloser kembali mencoba mengalirkan listrik. Jika gangguan masih ada, sectionalizer mencatat operasi kedua tanpa memutus jaringan.
- Setelah Trip Terakhir: Jika recloser melakukan trip untuk yang ketiga kalinya (atau sesuai dengan pengaturan sectionalizer), sectionalizer akan membuka dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu.
c. Pemutusan Segmen Jaringan
Setelah sectionalizer mencatat operasi trip sesuai dengan pengaturannya, sectionalizer akan membuka secara otomatis dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu. Setelah sectionalizer terbuka, recloser dapat mencoba reclosing tanpa harus memutus seluruh jaringan. Dengan demikian, hanya segmen jaringan yang mengalami gangguan yang diisolasi.
d. Tidak Membuka Saat Ada Arus Gangguan
Sectionalizer tidak dirancang untuk membuka saat arus gangguan masih mengalir. Ini untuk menghindari kerusakan pada kontak pemutus sectionalizer. Sectionalizer hanya membuka saat recloser sudah memutus arus gangguan, sehingga sectionalizer bekerja tanpa arus beban yang mengalir.
e. Pengaturan dan Parameter
- Jumlah Operasi Recloser: Sectionalizer biasanya dapat diatur untuk membuka setelah sejumlah trip tertentu, misalnya setelah 2 atau 3 kali operasi recloser.
- Arus Pengoperasian: Sectionalizer diatur untuk mendeteksi arus yang lebih besar dari ambang batas normal, biasanya disebabkan oleh gangguan.
- Waktu Operasi: Setelah sectionalizer mendeteksi sejumlah operasi recloser, sectionalizer akan membuka pada waktu yang ditentukan.
3. Komponen Utama Sectionalizer SSO
- CT (Current Transformer): Berfungsi untuk mengukur arus yang mengalir di jaringan. CT ini membantu sectionalizer mendeteksi arus gangguan.
- Kontroler: Mengontrol operasi sectionalizer, menghitung jumlah operasi trip recloser, dan mengirimkan sinyal untuk membuka sectionalizer setelah jumlah operasi yang ditentukan tercapai.
- Mekanisme Pemutusan: Bagian mekanik yang membuka sirkuit untuk memisahkan segmen jaringan yang terganggu.
- Indicator Alat Operasi (Trip Counter): Menunjukkan jumlah operasi trip yang telah terjadi.
4. Gangguan yang Bisa Terjadi di Lapangan
Beberapa gangguan yang sering ditemui dalam pengoperasian sectionalizer di lapangan antara lain:
a. Kegagalan Sinkronisasi dengan Recloser
- Penyebab: Jika sectionalizer tidak disinkronkan dengan baik dengan recloser upstream, sectionalizer bisa gagal membuka pada waktu yang tepat, atau malah membuka terlalu cepat atau terlambat.
- Dampak: Ini dapat menyebabkan isolasi yang tidak efektif dan mungkin membuat recloser terus mencoba melakukan reclosing pada segmen yang terganggu, memperburuk masalah.
- Solusi: Pemrograman dan pengaturan sectionalizer harus disesuaikan dengan pengaturan recloser untuk bekerja secara sinkron.
b. Gangguan Sensor Arus (CT)
- Penyebab: Sensor arus atau CT pada sectionalizer bisa gagal mendeteksi arus yang tepat akibat kerusakan pada komponen atau ketidaksejajaran pengaturan.
- Dampak: Sectionalizer mungkin tidak mencatat operasi recloser dengan benar, sehingga tidak membuka pada waktu yang diinginkan.
- Solusi: Inspeksi dan kalibrasi rutin CT diperlukan untuk memastikan deteksi arus yang akurat.
c. Kerusakan Mekanik
- Penyebab: Bagian mekanik sectionalizer, seperti engsel atau kontak pemutus, bisa mengalami aus atau kerusakan akibat penggunaan yang intensif atau kurangnya pelumasan.
- Dampak: Sectionalizer mungkin gagal membuka atau menjadi macet saat dibutuhkan, yang bisa memperpanjang gangguan di jaringan.
- Solusi: Pemeliharaan rutin dan pelumasan bagian mekanik sectionalizer sangat penting untuk mencegah masalah ini.
d. Gangguan Transien atau Sementara
- Penyebab: Gangguan transien seperti percikan akibat cabang pohon, petir, atau kontak singkat dengan benda asing bisa menyebabkan sectionalizer mencatat trip recloser meskipun gangguan tersebut bersifat sementara.
- Dampak: Sectionalizer bisa membuka jaringan meskipun gangguan sudah hilang, yang menyebabkan pemadaman yang tidak diperlukan.
- Solusi: Penentuan jumlah operasi recloser yang tepat pada sectionalizer dapat meminimalkan pembukaan yang tidak perlu akibat gangguan transien.
e. Gangguan Sambaran Petir
- Penyebab: Sambaran petir yang mengenai jaringan dapat menyebabkan lonjakan arus yang terdeteksi oleh sectionalizer sebagai gangguan.
- Dampak: Sambaran petir dapat memicu sectionalizer untuk membuka jaringan meskipun tidak ada kerusakan permanen di jaringan.
- Solusi: Instalasi surge arrester untuk melindungi sectionalizer dari lonjakan tegangan akibat sambaran petir.
f. Kegagalan Komunikasi dengan SCADA
- Penyebab: Pada sectionalizer yang terintegrasi dengan sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition), kegagalan komunikasi antara sectionalizer dan pusat kontrol dapat terjadi akibat masalah jaringan komunikasi atau gangguan pada perangkat SCADA.
- Dampak: Operator mungkin tidak bisa memantau atau mengendalikan sectionalizer secara jarak jauh, yang menyebabkan keterlambatan dalam isolasi gangguan.
- Solusi: Pemeliharaan dan pemantauan jaringan komunikasi secara berkala sangat diperlukan untuk memastikan integrasi sectionalizer dengan SCADA berjalan dengan baik.
5. Pemeliharaan dan Inspeksi Rutin Sectionalizer SSO
Seperti recloser, sectionalizer juga membutuhkan pemeliharaan dan inspeksi rutin untuk memastikan fungsinya berjalan optimal. Beberapa langkah pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan Visual
- Pemeriksaan visual dilakukan untuk mendeteksi adanya kerusakan fisik seperti retakan, tanda-tanda korosi, atau koneksi yang longgar pada sectionalizer.
b. Pembersihan dan Pelumasan
- Bagian mekanis sectionalizer seperti tuas pemutus perlu dilumasi secara berkala untuk mencegah keausan. Selain itu, bersihkan debu dan kotoran dari bagian luar sectionalizer.
c. Pengujian Elektris dan Mekanis
- Lakukan pengujian fungsional pada mekanisme sectionalizer, seperti operasi buka-tutup, serta pengujian sensor arus (CT) untuk memastikan sectionalizer mendeteksi arus dengan benar.
d. Pengujian Relay Proteksi dan Pengaturan
- Kalibrasi dan Pengaturan Relay: Pastikan relay proteksi pada sectionalizer dikalibrasi dengan benar. Relay proteksi bertugas memantau arus dan mengendalikan operasi sectionalizer. Kalibrasi ulang relay diperlukan secara berkala untuk menjaga akurasi.
- Pengaturan Proteksi: Periksa dan sesuaikan pengaturan proteksi sesuai kebutuhan jaringan. Misalnya, sectionalizer dapat diatur untuk membuka setelah 2 atau 3 kali trip recloser.
e. Pengujian Komunikasi (Jika Terhubung SCADA)
- Pengujian Sistem Komunikasi: Jika sectionalizer terintegrasi dengan sistem SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition), pastikan bahwa sistem komunikasi berfungsi dengan baik. Ini termasuk pengiriman data ke pusat kontrol dan penerimaan perintah dari pusat kontrol.
- Pengujian Alarm dan Indikator: Uji indikator pada sectionalizer seperti lampu status dan alarm. Pastikan bahwa jika terjadi gangguan, sectionalizer mengirimkan sinyal yang benar ke sistem SCADA.
f. Pengujian Grounding
- Pemeriksaan Sistem Grounding: Periksa sistem grounding sectionalizer untuk memastikan bahwa resistansi grounding berada dalam batas yang diperbolehkan. Grounding yang buruk bisa menyebabkan masalah pada sistem proteksi dan memperburuk kondisi saat ada lonjakan tegangan akibat petir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar